Kamis, 28 Mei 2015

Allahku... Peluk Aku...

Jika saja membunuh orang yang menyakiti kita itu halal, mungkin dia sudah mati di tanganku...
Dan bila bunuh diri itu diperbolehkan, aku mungkin sudah tidak ada disini..

Aku pernah mendengar berita seorang yang bunuh diri karena putus cinta,
Rasanya ingin tertawa terbahak bahak mendengarnya, konyol sekali orang itu !!
Iya orang itu..... Yang bunuh diri karena cinta, saking konyolnya aku sekarang menertawakan diriku sendiri.

Hey orang konyol.. mungkin sekarang aku merasakan hal yang kamu alami.
Disisi sebelah sini, ada rasa sakit yang tidak bisa di jelaskan, rasanya ingin lari, ingin menangis dan teriak sekencang kencangnya, kalo saja di izinkan aku ingin mencekiknya hidup hidup.
Ah... Itu semua ada di pikiranku, Astagfirullah hal Adzim..

Allahku... Peluk Aku, aku yang kecil ini selalu berharap mendapatkan imam yang baik, yang akan menjadi jodohku, aku berdoa agar ketika bertemu pria itu, Allah memudahkan segalanya, agar hubungan yang terjalin benjadi butiran butiran pahala yang setiap detiknya bertambah dan membentuk jalan pintas menuju kehidupan abadi di Syurga, Aamiin...

Tapi entah apa yang hendak di Tunjukan Allah kepadaku, aku bertemu dengan seorang pria baik, kita merencanakan masa depan bersama. Tapi sungguh, mungkin aku terlalu berharap banyak, dengan manis aku menunggu hari demi hari, tapi kemudian pria itu berubah, dia tidak lagi seindah ketika awal bertemu, dia jadi pemarah dan tidak ingin lagi melanjutkan mimpi indah yang sebelumnya pernah dia lukis bersamaku.

Aku terpuruk saat itu, rasanya begitu sesak, sampai ada seseorang yang tiba tiba saja datang ke kehidupanku, dia mengusap air mataku, dia menerimaku apa adanya, dan membuatku tenang...
Sungguh senang rasanya, dia selalu ada untukku dan setiap detik yang kita lalui merubah kebahagian menjadi cinta, aku sudah tidak ingat lagi rasanya sakit hati, sekalipun pria pertama meminta maaf dan berusaha masuk kembali ke kehidupanku, tak ada sedikitpun niat untuk meneruskan kembali kisah masa lalu.
Sudah lelah rasanya untuk mencari pasangan, kali ini aku sudah mantap dan kita juga menentukan tahun untuk menjadi pasangan yang halal, aku dan dia begitu antusias.
Tak ada kata kata untuk menjelaskan betapa bahagianya aku…..

Dan bagiku masa depan dengan yang sekarang lebih berharga.

Hanya saja, selalu timbul rasa penasaran di benaku, apakah pria yang dulu meninggalkanku juga bahagia, apakah dia mendapatkan wanita yang lebih baik dariku?
Hanya rasa penasaran, tidak lebih...

Pria itu berkata bahwa dia masih mencintaiku, aku senang... Itu berarti aku memang takan terganti. Aku masih menjalian silaturahmi dengan nya, rasanya ada kepuasan batin saat dia bilang rindu.
Mungkin aku salah, masih membiarkan dia ada di kehidupanku.
Tapi sungguh, itu hanya hiburan untuku.
Sampai saat pria yang sekarang aku cintai cemburu...
Ketika dia tahu bahwa aku masih berteman dengan masa laluku, pikirannya membutakan semua,  dia mengganggap aku pembohong, dia membuat teori sendiri, dia marah dan sama sekali tidak mendengarkan penjelasanku. Aku berusaha untuk lembut dan mencoba memahami amarahnya.
Aku mencoba sabar dan menjelaskan segala kesalahfahaman yang terjadi sehalus mungkin agar pria yang aku harap jadi imamku tidak tergores hatinya.
Tapi itu semua tidak berguna, dia tetap kokoh dengan teorinya.
Dan dia meninggalkanku...


Kamu tahu bagaimana rasanya?
Seperti tidak ada kebahagiaan lagi di dunia ini.
Imam yang penyabar? Cinta sejati ? Pangeran berkuda putih?
Semuanya hanya mitos…..
Aku….. Sudah lelah, benar benar lelah.
Allahku… aku tahu ini salah, tapi bolehkah aku membencinya seumur hidupku?
Ini semua sungguh tidak adil, aku selalu berdoa untuk bertemu pria baik, aku berusaha untuk jadi yang terbaik, tapi kali ini aku aku sudah sangat sakit.
Aku menyerah…..

Peluk Aku yaa Allah…………………………………….